BERITA LUCU INDONESIA - Banyak dari kita mengenal istilah KDRT yang lekat kaitannya dengan kekerasan fisik. Namun hanya sedikit dari kita yang mengenal emotional abuse atau kekerasan emosional. Bahkan parahnya banyak orang yang tidak sadar, bahwa dirinya mengalami emotional abuse ini.
Banyak yang terjebak menderita di tengah hubungan yang menyiksa dirinya secara emosional, namun tidak kuasa keluar dari hubungan beracun seperti ini.
Selain itu terkadang pelaku pun tidak sadar bahwa dirinya melakukan emosional abusekepada pasangan yang membuatnya menderita secara emosional. Emosional abuse ini apabila terus dilanjutkan bisa berakibat fatal, di mana bisa menyebabkan gangguan mental, depresi, ketakutan yang tidak beralasan, menyakiti diri sendiri, dan lain sebagainya.
Nah, yuk coba cek beberapa bentuk emotional abuse ini untuk mengetahui apakah kamu mengalaminyaatau tidak:
1. Menahan kasih sayang
Menahan kasih sayang dari pasangan adalah cara untuk menghukum pasangan dan melatih kekuatan dan kendali. Ini dilakukan secara sengaja dan kadang-kadang dinyatakan kepada pasangan dengan mengatakan sesuatu seperti "Aku tidak akan mengajakmu keluar sampai kamu bisa bersikap baik lagi,” dan perilaku ini sering terjadi.
Memang beberapa pasangan menahan kasih sayang ini hanya terjadi sesekali. Namun untuk kasus emotional abuse, hal ini sering terjadi.
2. Mendapat ancaman
Pelaku mungkin mengancam untuk mengeksposmu dengan cara yang memalukan. Bahkan mereka juga bisa saja mengancam mengambil sesuatu yang penting dari kamu. Seperti uang, ponsel, atau benda kesayangan kamu lainnya.
Selain itu, pelaku juga bisa mengancam kamu untuk memberitahu teman-temanmu atau keluargamu segala sesuatu yang bersifat pribadi. Misalnya menyebarkan foto pribadimu atau hal lainnya sehingga kamu merasa malu.
Selain itu, beberapa pelaku juga dapat mengancam akan meninggalkanmu jika mereka tidak mendapatkan apa yang diinginkan, dan menyatakan bahwa ada sesuatu yang salah dengan kamu, sehingga kamu harus mengikuti kemauannya.
3. Melanggar ruang privacy kamu
Ini bentuk emotional abuse yang cukup halus. Pelaku dapat memeriksa SMS atau WA pribadimu. Entah dengan meretasnya atau langsung memaksamu memberi mereka password untuk semua akun email dan media sosialmu. Kamu mungkin berpikir ini bentuk dari kasih sayang pelaku ke kamu.
Namun sebenarnya ini adalah bentuk emotional abuse. Kamu berhak memiliki ruang privacy yang tidak boleh dilanggar oleh siapapun.
Satu hal yang mungkin kamu bisa pikirkan baik-baik. Bukankah hubungan yang baik didasari oleh rasa kepercayaan? Apabila dia tidak memercayai kamu dengan adanya ruang privacy-mu, bagaimana mungkin dia bisa memercayai kamu untuk hal-hal lainnya?
4. Merusak barang-barangmu
Ini adalah garis tipis antara kekerasan fisik dan emosional. Pelaku dapat merusak atau sengaja menghilangkan barang yang kamu sukai untuk menunjukkan mereka berkuasa atas kamu, dan membuat kamu merasa terancam apabila tidak mengikuti keinginannya.
5. Selalu menyalahkan kamu bahkan mendiamkanmu
Dalam kasus ini, pelaku selalu menyalahkan kamu bahkan mendiamkanmu atas segala sesuatu yang terjadi. Walaupun itu sebenarnya bisa saja adalah kesalahan pelaku sendiri. Dia selalu menuduhmu dan mencari-cari kesalahanmu.
Bisa saja ini untuk menutupi perbuatan busuknya. Pelaku pintar memutarbalikkan fakta yang ada, dan membuat kamu merasa bersalah kepadanya.
Ketika kamu meminta maaf, maka pelaku akan merasa menang dan memberikan kamu kasih sayang. Apabila kamu tidak meminta maaf, maka hal ini dapat memicu pertengkaran dan pelaku akan membuatmu semakin terpojok.
6. Pengasingan
Pelaku akan mengontrol siapa saja yang bisa berhubungan denganmu, dan kamu harus meminta izin kepada pelaku untuk berteman. Akhirnya lama kelamaan karena harus terus-menerus meminta izin, maka kamu akan menjauhi teman-teman bahkan keluargamu. Kamu bisa kehilangan temanmu karena pelaku tidak menyetujuinya.
7. Memberikan hadiah-hadiah berlebihan
Beberapa pelaku sering memberikan hadiah-hadiah kepadamu supaya merasa bahwa kamu sangat bergantung pada pelaku, dan tidak dapat meninggalkannya.
Ketika kamu ingin meninggalkannya atau ingin melakukan hal lain diluar keinginan pelaku, maka pelaku seringkali berkata kepadamu,
Akhirnya kamu merasa tidak enak dan mengikuti keinginan pelaku, walaupun kamu sebenarnya tidak mau melakukannya.
8. Mengontrol sumber dayamu
Pelaku dapat mengontrol sumber daya keuangan atau lainnya sebagai bentuk hukuman atau sebagai cara mempertahankan kontrol dalam hubungan. Menyebabkan kamu percaya bahwa kamu tidak akan dapat merawat diri sendiri (dan anak-anak kalau kamu sudah menikah) jika kamu tidak mengikuti keinginannya, atau kamu berusaha untuk pergi meninggalkannya.
Sumber daya yang dimaksud tidak terbatas pada uang saja. Pelaku bisa saja membatasi bensin mobil, pulsa ponsel, asuransi kesehatan, dan banyak lagi.
9. "Micro-Cheating"
Pelaku bisa saja mempunyai hubungan dengan orang lain yang tidak kamu tahu, dan berhasil menyembunyikannya darimu. Pelaku bisa saja menghapus semua pesan, mengganti nama kontak, dan menolak memberitahumu apa saja yang ia lakukan. Bahkan hal ini juga berarti, pelaku lebih memberi perhatian kepada orang lain dibandingkan kamu.
Dengan naluri yang tajam terutama perempuan, seringkali kamu mengetahui hal ini. Namun karena tidak ada bukti, maka kamu hanya diam dan merasa tertekan.
10. Tidak mau mendengarkanmu
Pelaku seringkali tidak mau mendengarkanmu apabila ingin mencurahkan perasaanmu atau menceritakan harimu kepadanya. Apabila kamu bercerita, dia tidak akan fokus kepadamu, dan cenderung menyalahkanmu dibanding mencoba melihat permasalahan dari sudut pandangmu.
Namun apabila pelaku bercerita kepadamu, kamu harus fokus sepenuhnya kepada ceritanya. Jika kamu tidak mendengarkannya, dia akan marah kepadamu.
Pada akhirnya kamu merasa sendirian dan bisa menyebabkan depresi atau gangguan mental lainnya.
Apabila kamu mengalami satu di antaranya atau bahkan beberapa bentuk emosional abuse dalam hubunganmu, maka cobalah berbicara terlebih dahulu dengan pasanganmu baik-baik. Jika tidak ada perubahan, maka demi kesehatan mentalmu, maka meninggalkan pelaku adalah jalan keluar terbaik yang banyak ditempuh orang.
Namun apabila kamu memang sudah ada ikatan dengan pelaku, carilah bantuan dari teman, keluarga, terapis, atau konselor profesional sebagai bahan pertimbangan dalam pembuatan keputusan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar