BERITA LUCU INDONESIA - Akhir pekan ini, kita akan dapat menyaksikan sebuah fenomena langka, yakni gerhana bulan total dengan durasi terlama.
Melansir pernyataan dari Peneliti Pusat Sains Antariksa LAPAN Rhorom Priyatikanto, gerhana bulan total kali ini akan berdurasi 1 jam 43 menit.
Gerhana bulan total kali ini terjadi karena bulan berada pada titik Apogee, atau titik terjauh dari Bumi. Gerhana bulan total ini juga bisa disebut sebagai Micromoon karena penampakannya yang kecil, kebalikan dari gerhana bulan total yang terjadi pada Januari lalu yang memiliki sebutan Super Blue Blood Moon di mana ukuran bulan terlihat lebih besar dan cerah.
Puncak dari gerhana total ini sedikit lebih lama ketimbang gerhana bulan total biasa, yakni terjadi di pukul 03.23 WIB. Hal ini wajar karena memang kondisi Bulan sedang di titik paling jauh dari Bumi. Jarak Bulan dan Bumi yang menyebabkan terjadinya gerhana bulan total Micro Blood Moon ini sejauh 406.223 kilometer.
Keadaan Bulan dan Bumi yang berada di titik terjauh ini juga mempengaruhi pergerakan Bulan yang berjalan makin lambat di orbitnya. Hal ini membuat gerhana bulan total kali ini akan jadi gerhana bulan total dengan ukuran bulan terkecil dan durasi terlama di tahun 2018. Soal durasi, tak cuma terlama di 2018, gerhana bulan total ini akan jadi gerhana bulan total berdurasi paling lama di abad ke 21.
Bahkan, melansir Space.com yang mengutip buku "The Five Millennium Canon of Lunar Eclipses: (-1999to +3000)", kita akan menemui gerhana bulan total dengan durasi selama ini pada 9 Juni 2123 mendatang.
Gerhana Bulan Total dan penampakan Planet Mars
Di gerhana bulan total kali ini, Planet Mars akan nampak bersamaan dengan bulan. Hal ini terjadi karena pada gerhana bulan total kali ini, Planet Mars akan berada di titik oposisi yang berseberangan dengan matahari dari perspektif Bumi. Jadi, gerhana bulan total ini akan memiliki konfigurasi Matahari-Bumi-Bulan yang berada dalam satu garis lurus di bidang tata surya.
Selain itu, Planet Mars juga berada di titik yang cukup dekat pada Bumi. Di peristiwa gerhana bulan total nanti, Mars belum berada pada titik terdekat, namun puncak titik terdekatnya Mars terjadi pada 31 Juli 2018. Hal ini akan menjadikan gerhana bulan total nanti akan juga dihiasi Mars yang lebih terang dan lebih mudah dilihat di langit malam.
Sebelumnya, fenomena di mana gerhana bulan total bersanding dengan Mars yang berada di oposisi matahari terjadi pada 6 Agustus 1971, atau 47 tahun yang lalu.
Hujan Meteor di kala Gerhana Bulan Total Terjadi
Saat gerhana bulan total berlangsung nanti, langit tak cuma dihiasi oleh penampakan bulan dan juga planet Mars, namun juga hujn meteor. Menurut yang dikutip Liputan6.com dari Peneliti Pusat Sains Antariksa LAPAN Rhorom Priyatikanto, hujan meteor ini biasanya aktif antara 17 Juli hingga 24 Agustus, dan akan memuncak pada malam 12 Agustus hingga dini hari 13 Agustus. Sebenarnya di saat bulan purnama, hujan meteor akan sulit terlihat. Namun sebaliknya ketika gerhana bulan total terjadi, hujan meteor akan mudah terlihat.
Asal-Usual Penamaan Gerhana Bulan Total Blood Moon
Menurut pernyataan Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Thomas Djamaluddin, gerhana bulan total kali ini akan berwarna merah darah. Warna yang terlihat muncul ini tak akan terjadi saat gerhana bulan sebagian, hanya di gerhana bulan total. Hal inilah yang membuat gerhana bulan total disebut blood moon.
Blood moon ini terjadi karena atmosfer Bumi membiaskan cahaya dari Matahari. Di kala cahaya matahari tertutup sempurna oleh Bumi ketika gerhana bulan total, namun atmosfer Bumi tetap membiaskan cahaya merah yang datang dari matahari. Hal ini membuat bulan justru berwarna merah dan tidak gelap. Selain itu, Bulan memiliki lapisan debu ultra halus di atmosfernya, yang memberikan efek pemantulan cahaya pembiasan matahari dari atmosfer Bumi sehingga di gerhana bulan total warna bulan makin merah.
Kondisi kebalikan dari gerhana bulan total ini terjadi di gerhana matahari total, di mana Bulan menutup cahaya matahari ke Bumi, sehingga Bulan hanya terlihat seperti bayangan di Bumi. Terlebih lagi, Bulan tak memiliki atmosfer yang mampu membiaskan cahaya matahari hingga tampak di Bumi.
Lokasi penampakan gerhana bulan total di Indonesia
Gerhana bulan total kali ini akan terjadi pada pukul 3.22 WIB dan memakan waktu 1 jam 43 menit.
Menurut peta gerhana bulan total yang dirilis Space.com, area yang mendapatkan cakupan secara penuh dari durasi gerhana bulan total selama 1 jam 43 menit tersebut hanya beberapa: sebagian besar benua Afrika (terutama sisi timur), seluruh Timur Tengah, Asia Selatan, serta Samudera Hindia.
Sementara di Indonesia, kita hanya kebagian durasi penuh dari gerhana bulan total di sebagian besar pulau Sumatera saja. Jadi jika Anda tinggal di Sumatera, Anda bisa menikmati gerhana bulan total ini dalam durasi penuh.
Meski demikian, seluruh wilayah Indonesia bisa menikmati gerhana bulan total, namun bagian akhir gerhana tak akan bisa dinikmati sebagian besar wilayah Indonesia seperti di Kalimantan, sebagian besar pulau Jawa (makin ke barat pulau Jawa, durasi gerhana bulan total akan makin panjang), Bali, Lombok, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, dan Papua. Hal ini disebabkan karena Bulan sudah lebih dahulu terbenam.
Sekadar mengingatkan bahwa awal tahun ini ada gerhana bulan total pada 31 Januari. Saat itu, terjadi peristiwa gerhana bulan bernama Super Blue Blood Moon, atau yang biasa disebut dengan supermoon. Saat itu Bulan memiliki ukuran lebih besar dan terang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar