Jumat, 15 Juni 2018

Menyoal Pertanyaan Mengganggu Semacam 'Kapan kawin...

Menyoal pertanyaan mengganggu semacam 'Kapan kawin?'
BERITA LUCU INDONESIA -
“Sudah lulus kok belum kerja?”
“Kapan kawin?”
“Kapan ‘isi’?"
"Kapan si kecil punya adik?"
Pertanyaan-pertanyaan tersebut hanyalah segelintir dari sekian banyak yang biasa dilontarkan ketika seluruh keluarga besar berkumpul. Kesempatan bertemu dan berkumpul dengan anggota keluarga yang sudah lama tidak bertemu, dimanfaatkan untuk saling bertukar kabar.
Akan tetapi, acap kali keingintahuan kaum kerabat itu sering kali dirasa mengganggu, karena terkait dengan hal-hal yang bersifat pribadi. Kendati, mungkin saja bagi yang bertanya, hal tersebut merupakan bentuk perhatian.
Menurut Diane Barth, L.C.S.W, seorang psikoterapis dan psikoanalis dari Psychoanalytic Institute of the Postgraduate Center, ada setidaknya enam alasan kenapa seseorang mengajukan pertanyaan yang mengganggu, bahkan cenderung kasar.
Dilansir dari situs Psychology Today, Barth menyebutkan ada enam alasan kenapa pertanyaan-pertanyaan tersebut dilontarkan, yaitu:
Mereka benar-benar tidak menyadari bahwa apa yang mereka tanyakan itu menganggu. Hal ini mungkin disebabkan karena gangguan kecemasan sosial, narsistik atau gangguan kepribadian lainnya.
Namun, apapun masalahnya, pertanyaan-pertanyaan yang mengganggu itu merupakan hasil ketidakmampuan seseorang untuk berempati dengan perasaan orang lain. Mereka mungkin tidak berpikir pertanyaan yang diajukan membuat orang yang ditanya merasa tidak nyaman.
Keras kepala. Mereka memahami bahwa pertanyaan itu dapat membuat seseorang merasa tidak nyaman, akan tetapi mereka beranggapan bahwa sudah seharusnya pertanyaan itu diajukan.
Rasa marah, atau sikap permusuhan. Kadang-kadang pertanyaan tersebut diajukan secara sadar hanya untuk membuat orang lain merasa tidak nyaman, atau malu. Keinginan seperti ini bisa jadi disebabkan karena rasa cemburu atau iri karena kelebihan lain yang dimilikinya.
Rasa ingin menempatkan orang lain pada posisi yang sama, atau dalam istilah yang sering digunakan oleh psikoanalis ‘identifikasi dengan agresor’. Daripada mengingatkan diri sendiri tentang bagaimana rasanya menjadi sasaran permusuhan dan merasakan simpati terhadap orang yang ditanya, mereka menanyakan hal yang sebenarnya sama-sama tidak menyenangkan bagi penanya juga, untuk membuat mereka merasa lebih kuat.
Dua alasan berikut, yaitu keinginan untuk membantu dan keinginan untuk tetap terhubung, merupakan alasan yang paling sulit dihindari. Kendati keinginan-keinginan tersebut sebenarnya dapat dikaitkan dengan emosi lain yang tercantum sebelumnya.
Misalnya, dengan mengatakan “Coba kamu ke dokter A, dia ahli bayi tabung,” kepada pasangan yang belum punya anak setelah menikah bertahun-tahun, dapat dianggap memberikan solusi. Akan tetapi, bagi pasangan tersebut bisa jadi dirasa sebagai suatu intervensi. Apalagi jika mereka memang tidak berniat punya anak.
Menghadapi pertanyaan-pertanyaan semacam itu sering membuat salah tingkah, malu dan kesal. Bisa jadi tahun depan, dan tahun-tahun selanjutnya, peserta acara kumpul keluarga menjadi berkurang. Padahal acara-acara seperti ini sangat penting untuk tetap menjalin silaturahmi.
Elaine Rodino, PhD., seorang psikolog dari State College, Pennsylvania, mengatakan pada Health bahwa ada cara jitu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, dan menutup percakapan menjadi lebih luas.
Pertanyaan tentang pasangan, yang paling sering dikeluhkan, dapat dijawab dengan bertanya, “Kenapa Anda bertanya?”. Menurut Rodino reaksi ini merupakan reaksi yang cerdas, karena tidak ada informasi pribadi yang keluar, dan menempatkan bola kembali ke penanya.
Jika mereka melanjutkan dengan tawaran untuk menjodohkan dengan teman atau kenalan, balaslah dengan “Nanti deh, kamu jadi orang pertama yang tahu.” Atau dapat juga dibalas dengan jawaban “Aduh, itu bukan topik untuk umum.”
Tidak menjawab, dan mengalihkan pertanyaan dengan mengajukan hal-hal umum, juga merupakan langkah yang bagus. Terlebih jika yang bertanya adalah orang yang lebih tua. Akan tetapi, jika mengetahui maksud penanya adalah mempermalukan atau ‘identifikasi dengan agresor’, kembalikan pertanyaan tersebut untuknya.

Sebenarnya pertanyaan-pertanyaan yang membuat tidak nyaman itu tidak perlu dijawab. Seseorang bisa saja pergi meninggalkan penanya atau sekedar membalas dengan senyuman.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ditegur makan es krim sambil berkendara, ekspresi pria ini kocak...

BERITA LUCU INDONESIA - Mengendarai motor ataupun mobil memang membutuhkan konsentrasi tinggi. Jika berkendara sambil melamun atau menga...

Popular Posts