BERITA LUCU INDONESIA - Rangkaian aksi teror yang terjadi di Surabaya dan Sidoarjo melibatkan peran anak-anak. Beberapa dari anak tersebut gugur nyawanya demi mengikuti orang tuanya 'berjihad'.
Satu per satu kisah di balik kehidupan anak-anak para bomber terkuak. Untuk memudahkan Anda dalam mengikuti ceritanya, menyajikan kumpulan kisah keseharian anak-anak tersebut sebagai berikut.
- Salah satu anak dari pasutri Dita Oepriarto (46) dan Puji Kuswati (42), yang bernama Firman Halim (16) sempat menangis sebelum aksi pemboman. Menurut kesaksian tetangga, sehabis salat Magrib Firman menangis lalu dirangkul dan dicium orang tuanya.
- Menurut kesaksian Maulana, kepala sekolah Firman di sekolah, anak kedua Dita itu dianggap sebagai role model murid yang lain. Ia aktif menjabat ketua IPM (OSIS), sering jadi pemimpin upacara, dan pernah menang juara dua bela diri Tapak Suci.
- Walau jago bela diri, Firman juga tak pernah melontarkan kata atau raut wajah yang menyiratkan akan melakukan aksi radikal.
- Untuk ukuran anak remaja, Firman jarang terlihat marah, apalagi terlibat perkelahian. Ia bahkan dikenal sebagai sosok pelindung bagi teman-temannya.
- Sedangkan putri Dita dan Puji yang bernama Fadhia Sari (12) dan Famela Rizqita (9) dikenal sebagai anak periang di sekolah. Pihak sekolah juga menyebut bahwa kedua anak yang masing-masing duduk di bangku kelas VI dan II itu tak pernah berkonflik dengan teman-temannya.
- Selain ramah dengan teman-temannya, Fadhia dan Famel juga menjadi murid berprestasi di sekolah. Mereka menonjol dalam hafalan surat-surat pendek di Al Quran. Bahkan, Famela aktif di program ekstrakulikuler Tapak Suci dan menggambar.
- Sementara anak-anak Tri Murtiono (50) dan Tri Ernawati (43), pelaku bom di Polrestabes, dikenal memiliki kecerdasan di atas rata-rata anak sebayanya. Muhammad Dafa Amin Murdana (19) dan Muhammad Dari Satria Murdana (15) mengenyam pendidikan di sekolah yang cukup berkualitas.
- Dafa yang duduk di kelas 12 tengah menantikan kelulusannya dari SMA. Ia bersekolah di salah satu SMA unggulan di Surabaya.
- Dafa dan adiknya, Dari, gemar bersepeda bersama. Sang ibu juga kerap menemani mereka saat sedang naik sepeda.
- Meski keluarganya pindah rumah, Dafa masih menjaga silaturahmi dengan sering mengunjungi rumah kakek dan neneknya. Ia juga masih menemui teman-temannya di rumah lama.
- Tak jauh berbeda dengan kisah anak pelaku bom Rusunawa Wonocolo. Anak sulung dari pasutri Anton Ferdiantono (46) dan Puspita Sari (47) yang bernama Rita Aulia Rahman (17) kerap bersosialisasi dengan tetangga.
- Namun tetangga menyebut, Rita sempat mengalami perubahan penampilan usai belajar di 'pemondokan'.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar