BERITA LUCU INDONESIA - Di salah satu sudut wilayah timur Ibu Kota, ada sebuah kampung yang bisa dibilang merupakan lokasi tempat tinggal idaman. Bagaimana tidak, kampung yang berada di kawasan Cipinang itu bebas asap rokok dan punya banyak spot foto menarik.
Sabtu (26/5) mengunjungi kampung bebas rokok pertama di DKI itu. Kampung Penas Tanggul namanya, beralamat di Jalan Pancawarga, Cipinang Besar Selatan, Jakarta Timur. Setiba di sana, mata kami dimanjakan dengan indahnya warna-warni tembok rumah warga.
Tak hanya tembok rumah, pagar hingga jembatan kecil di atas sungai yang ada di kampung tersebut juga kompak dicat berwarna-warni. Ketua RT setempat, Fathudin, mengaku warga mengecat rumah mereka secara mandiri tanpa campur tangan pemerintah.
Fathudin melanjutkan, ide menyulap Kampung Penas Tanggul menjadi kampung warna-warni muncul bersamaan saat warga mendeklarasikan kampungnya sebagai kampung bebas asap rokok pada 2017 lalu.
"Ada sekitar kurang lebih 30 rumah yang kita cat dulu tahun 2017 secara swadaya, ini berbarengan dengan konsep kawasan bebas rokok yang kita terapkan dulu di kampung ini," ujar Fathudin di kediamannya, Sabtu (26/5).
Sebelum pendeklarasian dilakukan, ada enam orang warga kampung yang berangkat ke Yogyakarta untuk melakukan studi banding terkait kampung percontohan di sana.
"Enam orang perwakilan ini pelatihan di Yogyakarta dan studi banding tentang kampung warna warni di Yogya. Di Kampung Code, itu (kawasannya) sama (seperti kampung ini) di pinggir kali gitu. Menjadi kampung percontohan di Jogja," ucap Fathudin.
Konsep cat warna-warni di Kampung Penas Tanggul rupanya tak hanya sekadar untuk tujuan keindahan semata. Fathudin bercerita, cat beragam warna dipilih sebagai simbol keanekaragaman suku hingga agama warga yang tinggal di kampung itu.
"Kita buat ini karena simbol dari warga di sini, bukan catnya warna-warni saja. Tapi karena warga di sini juga kan beraneka ragam asal daerahnya warga, ada dari Jawa, Jakarta hingga Medan," paparnya.
"Dan juga kita berbeda agama meskipun mayoritas muslim. Jadi ini warna-warni masyarakat dan keberagamaanya," imbuh Fathudin.
Jumlah penduduk di Kampung Penas Tanggul terdiri dari 487 jiwa. Rumah mereka berdekatan satu sama lain, dekat dengan kali, namun sangat jauh dari kesan kumuh seperti kebanyakan kawasan padat di DKI pada umumnya. Sejauh mata memandang nyaris tak ada sampah yang berserakan, pun tak ada sampah yang mengambang di atas aliran kali.
Deretan pohon hijau nan rindang berjejer rapi di sejumlah pekarangan rumah-rumah warga, tampak padu dengan aneka tanaman hidroponik yang menggangtung di pagar rumah mereka.
Udara di sana juga terasa sangat bersih, bebas polusi asap rokok. Tak ditemukan sama sekali puntung maupun abu rokok di sepanjang jalan, tanda sebagian besar warga sudah sadar tentang dampak buruk asap rokok bagi lingkungan sekitar.
"Di sini tidak boleh merokok. Kita denda kalau merokok dan selalu kita lakukan edukasi rutin kepada warga agar tidak merokok sembarangan. Saya juga mantan perokok yang mengidap penyakit paru-paru, sekarang saya tidak merokok dan tetap semangat terus menjalankan program ini," ungkap Fathudin.
Uang denda dari warga atau pun tamu yang ketahuan merokok di kawasan itu masuk dalam kas RT, yang akan digunakan untuk membeli beragam kebutuhan kampung. Seperti kursi untuk aula serbaguna, hingga perbaikan perawatan pagar dan cat tembok rumah warna-warni agar tak luntur.
"Ini kita punya program selalu ada kegiatan olahraga, ada kegiatan bersih-bersih lingkungan dan termasuk yang terbaru kegiatan belajar budidaya tanaman hidroponik berupa kangkung, bayam dan lain-lain," ucap Fathudin.
Kemudian setiap hari Minggu, para ibu rumah tangga di sana berkumpul membuat aneka kerajinan tangan dari daur ulang kertas bekas. Mulai dari pensil hias, kotak pena, hingga kotak sampah mini.
Ana, salah seorang warga yang sering ikut membuat aneka prakarya tersebut mengaku produk-produk mereka sudah banyak terjual hingga luar Jakarta. "Yang kotak sampah mini sudah sering dipesan, kemarin ke Yogyakarta," kata Ana.
"Kalau kalung mini ini juga sudah terjual banyak di Jakarta seperti di JCC kemarin, juga laku enam kalung per kalung dihargai kisaran Rp 100 ribu," lanjutnya.
Sayangnya Ana enggan menyebut detail besaran omset yang dihasilkan dari kegiatan rutin mingguan tersebut. "Sudah lumayan banyak dan dikumpulkan untuk kas Kampung Penas," ucap Ana.
Gotong royong warga Kampung Penas setahun belakangan ini menuai penghargaan dari pemerintah. Fathudin mengatakan, dalam waktu dekat Pemprov DKI Jakarta akan menajdikan Kampung Penas Tanggul sebagai salah satu kampung wisata.
"Dinas Lingkungan Hidup mau membuat kampung ini menjadi kampung Pro Iklim. Kalinya dikeruk dan kasih perahu karet untuk wisata kecil-kecilan, itu sudah diomongkan dinas. Nantinya kita akan buat taman buah di seberang kali yang tanahnya masih kosong," pungkas Fathudin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar