BERITA LUCU INDONESIA - Selamat Hari Buruh Internasional bagi kalian yang hari ini bisa menikmati hari libur di rumah.
Atau kalian yang sedang berjuang di jalan untuk menyuarakan aspirasi-aspirasi para pekerja di Indonesia.
Berbicara tentang hari buruh, euforia untuk memperingati hari istimewa bagi para pekerja ini selalu terasa.
Utamanya adalah berbagai macam seruan aksi untuk menyampaikan tuntutan-tuntutan rakyat yang sekiranya belum terpenuhi.
Berbicara tentang May Day atau Hari Buruh Internasional, pasti ada nama-nama yang menjadi dalang di balik gerakan-gerakannya.
Berdasarkan penelusuran dari berbagai sumber, Grid.ID telah merangkum beberapa tokoh wanita yang turut menjadi pejuang buruh dari seluruh penjuru dunia, termasuk Indonesia.
1. Clara Zetkin
Ibunya yang juga seorang aktivis feminis mendorong Clara untuk melanjutkan kepemimpinan perjuangan perempuan.
Di kalangan aktivis gerakan perempuan dan buruh, nama Clara Zetkin memang tidak begitu dikenal.
Clara Zetkin adalah aktivis yang memperjuangkan pembebasan perempuan dan sosialisme melalui perjuangan kelas pekerja.
Talenta Clara dalam perjuangannya adalah dengan menggunakan newsletter sebagai medianya.
Ia banyak menerbitkan artikel, pamflet dan slogan-slogan perjuangan yang populer seperti "Proletarier aller Lander, vereinigt euch".
Slogan ini berarti seruan untuk para pekerja dari seluruh dunia agar bersatu. Slogan ini kemudian menjadi moto negara Rusia dan muncul di lambang negaranya.
2. Sharran Burrow
Ia menjadi wanita pertama yang menjadi Sekjen ITUC sejak didirikan pada 2006 lalu.
Sharran telah melakukan banyak hal untuk memperjuangkan kesejahteraan para buruh di banyak negara, termasuk Indonesia.
Perjuangan Sharran untuk para buruh telah dilakukan sejak belasan tahun yang lalu.
Karena ia memang dilahirkan dalam sebuah keluarga yang memiliki keterlibatan dengan serikat pekerja.
3. Marsinah
Ya, Marsinah adalah salah satu pejuang hak-hak buruh kenamaan Indonesia hingga kini telah dikenal dunia meski ia telah tiada.
Marsinah yang hidup pada masa Orde Baru itu ditemukan pada 8 Mei 1993, setelah sempat menghilang selama tiga hari.
Kematian Marsinah saat itu menjadi salah satu kasus yang memperlihatkan secara jelas potret buruknya masa Orde Baru.
Di mana kekerasan seksual atas perempuan, penyiksaan hingga menghilangkan nyawa orang lain digunakan demi mempertahankan nama stabilitas.(*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar