BERITA LUCU INDONESIA - Beredar kabar di berbagai media sosial, bahwa Bahrun Naim, terduga dalang sejumlah serangan teror, tewas, namun Polri mengaku masih terus berusaha memverifikasinya.
Desas-desus tentang kematian Bahrun Naim berseliweran sejak Senin (4/12) sore, namun kepastiannya belum diyakini.
Seorang juru bicara Polri, Kombes Martinus Sitompul mengatakan, Polri belum bisa mengukuhkan kabar itu.
"Kami sudah mendengar informasi tewasnya Bahrun naim itu, tapi sumbernya belum jelas," kata Martinus Sitompul kepada wartawan.
"Sejauh ini kabarnya kan baru dari media media sosial. masih kami telusuri," katanya pula.
Kepolisian menyakini bahwa Bahrun Naim, warga negara Indonesia asal Solo, berada dibalik sejumlah serangan teror di Indonesia, termasuk serangan di kawasan thamrin, awal tahun lalu.
Ia diyakini berada di Suriah, berperang untuk pihak yang menamakan diri Negara Islam atau ISIS.
Sosoknya diketahui aparat sejak tahun 2010 dan seringkali dikaitkan dengan pemimpin Kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Abu Wardah Santoso, yang menyatakan sumpah setia terhadap ISIS.
Santoso tewas dalam penyergapan oleh polisi di Poso, pertengahan tahun lalu.
Bahrun Naim disebutkan merupakan penghubung utama antara MIT (yang berbasis di Sulawesi) dan ISIS di Timur Tengah.
Sebuah blog yang dipublikasikan dengan menggunakan namanya menggambarkan dirinya sebagai seorang "wartawan lepas" dengan spesialisasi persoalan masyarakat Islam, dengan fokus pada politik, strategi dan intelejen.
Disebutkan dalam kolom 'tentang' dirinya disitusnya dia lahir pada 1983.
Laporan media mengatakan dia sebelumnya bekerja sebagai teknisi komputer dan mengelola sebuah warung internet di Surakarta. Dia diyakini berasal dari Pekalongan di Jawa Tengah.
Pada November 2010 dia ditahan di rumahnya di sebuah desa di Solo, dengan dugaan terlibat dalam jaringan terorisme. Dia dinyatakan bersalah pada Juni 2011 untuk kasus kepemilikan senjata, tetapi pengadilan tidak menemukan bukti yang cukup untuk membidiknya dengan dakwaan teror.
Keluarganya menuduh aparat penegak hukum menganiaya Bachrun Naim ketika di penjara.
Seorang kuasa hukum yang mewakilinya mengatakan""Kami ingin membuktikan keterlibatan Naim dalam kasus ini karena sejak dia ditahan keluarganya tidak menerima penjelasan apapun mengenai perannya. Keluarganya masih tidak mengetahui mengenai kondisinya saat ini... Ini bukan penahanan, tetapi penculikan."
"Bangkit melawan Indonesia" tulis Naim.
Badan Intelejen Indonesia mengatakan bahwa sejak pergi ke Suriah, Naim telah membantu perekrutan dan merencanakan serangan melawan pemerintah.
Seorang warga negara Cina dari etnis Uighur ditahan dengan dakwaan teror pada bulan lalu dan pihak berwenang Indonesia yakin dia menerima dana dari Naim.
Dalam blognya, Naim merayakan serangan yang dilakukan oleh kelompok terkait ISIS, dan menyemangati dan memberikan nasihat kepada mereka yang telah bersumpah setia pada kelompok itu.
Banyak tulisan di blognya berisi informasi membuat bahan peledak.
Ia juga menyerukan serangan lone wolf: Agustus lalu dalam sebuah tulisannya dia memuji sebuah upaya serangan di Solo yang disebut sebagai "pelaku tunggal, yang tidak terkait dengan jaringan teroris," untuk bangkit melawan Indonesia.
"Bertindaklah sendiri dengan apa saja yang bisa dilakukan," kata tulisan itu. "Bambu, korek api, pasir, pisau, kaca dan bahkan batu. Bumi dan langit akan menjadi saksi apakah engkau jujur dalam sumpah setia atau tidak."
Dalam tulisan yang diunggah pada 16 November 2015, dia menggambarkan serangan Paris pada 13 November yang menewaskan 130 orang sebagai sangat menakjubkan," dan memuji para pelaku atas kedisiplinan mereka, kecermatan rencana dan kemauan untuk mengorbankan diri mereka.
"Mengapa serangan itu memberikan inspirasi? Tanya blog itu. "Pertama, jumlah korban yang besar dalam serangan di Paris. Kedua, serangan itu sangat terencana dalam soal target, waktu dan penyelesaian serangan yang berani. Hanya tentara elit yang memilih menggunakan rompi bunuh diri daripada ditangkap ketika tersudut."
SUMBER : Berita aneh dan unik .com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar