BLI, Jakarta - Setiap orang punya kebiasaan tidur yang berbeda-beda. Ada yang tidak bisa tidur dengan lampu menyala bahkan menemukan kenyamanan dengan embusan angin sepoi-sepoi dari kipas angin atau AC
Jika Anda adalah sosok yang punya kebiasaan tidur dengan embusan kipas angin, ada baiknya untuk segera menghentikannya. Beberapa waktu lalu, seorang pria dari Thailand meninggal dunia karena hipotermia setelah memasang tiga buah kipas angin selama tidur.
Selain untuk menghindari panas, seringkali ada orang yang menyalakan kipas angin hanya untuk mendengar suara mesinnya dan menemani tidur.
"Orang yang tidur dengan kipas mengalami apa yang kami sebut white noise. Sama seperti white light yang mencakup semua warna pada spektrum, white noise mencakup semua frekuensi suara dalam pendengaran," ujar Kelsey Allan dikutip dari How Stuff Works.
Ia kemudian menjelaskan bahwa white noise tak hanya dihasilkan secara elektronik. Namun, suara lain seperti kipas angin, bunyi jangkrik, bahkan hujan dapat menghasilkan efek serupa.
Menurut American Psychological Association derungan kipas angin yang membantu orang untuk terlelap dipengaruhi oleh sleep spindle dalam otak.
Sleep spindle bisa dilihat melalui tes electroencephalogram (EGG) yang menunjukkan gelombang otak yang naik turun sehingga membentuk spike atau spindle.
Penelitian lain yang diterbitkan oleh jurnal ilmiah Current Biology mengungkapkan bahwa orang yang mengalami sleep spindles memiliki kemampuan menghalau suara bising yang lebih baik.
Kemampuan meredam suara bising tersebut dipengaruhi oleh thalamus, di mana sleep spindle diproduksi. Thalamus sendiri merupakan bagian dalam otak yang mengontrol sensor informasi dan suara. Thalamus kemudian akan menghalau suara yang mengganggu sehingga seseorang tidak akan terbangun dari tidurnya.
Sleep spindles umumnya terjadi ketika seseorang mengalami Rapid Eye Movement (REM) dan akan terus terjadi secara statis setiap malam.
Studi lain yang diterbitkan oleh jurnal ilmiah Proceedings of The National Academy of Sciences of The United State of America (PNAS) melakukan percobaan produksi sleep spindles pada tikus menggunakan teknik optogenetics.
Hasil penelitian tersebut menemukan bahwa peningkatan sleep spindles berkaitan dengan Non-rapid Eye Movement (NREM) sleep atau deep sleep, kondisi di mana seseorang tidak bermimpi ketika tertidur.
Peneliti studi tersebut kemudian menyimpulkan bahwa sleep spindles dapat menjadi solusi untuk orang yang memiliki masalah untuk tertidur.
Adapun neourolog dan sleep medical director di Mischer Neuroscience Centre, Memorial Hermann The Woodlands Medical Centre, Kevin Gaffney, mengungkapkan bahwa suhu dingin juga memiliki andil dalam kondisi seseorang tidak bisa tidur tanpa kipas.
"Suhu normal tubuh ialah 36,5 derajat celsius dan akan turun hingga 1 sampai 2 derajat saat malam tiba. Jika Anda memiliki masalah menurunkan suhu tubuh, maka kualitas tidur Anda juga bisa berkurang," ujarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar